Duka kadang datang bersama gerimis dan hawa dingin
Kemiskinan bagai belenggu, tak semua orang mampu beranjak
Nasib seganas godam yang menghantam pelipis kaum lemah
Mereka yang tak tahan, memilih mati dengan cara lain
Maut menyamar sebagai peri ayunan
Merengkuh dan menimang sampai kita hilang ingatan
Lalu gerimis menjadi metafora yang klise
Mewakili airmata dan siklus kesedihan
Aku atau kau, siapa pun yang tinggal, menggigil dan kesepian
Sejenak. Tak lebih lama dibanding kenangan hawa dingin
1988
0 Response to "Puisi Sitok Srengenge, 1988"
Post a Comment
Pijakilah Setiap yang Kau Baca dengan Komentar Manismu.