KERETAKU MELAYANG
oleh: NWU Gabriel Genesis
besi-besi memanjang meregang kesedihan
deru gandar itu seolah tiada lama berkencan
manusia-manusia pedalaman hanya menatap titip pesan
kapan kereta itu menggenggam kami sampai luar perbatasan ?
kata-kata bijak yang merusak
semua berpaling sembari tawa ngakak
mengandang dalam wagon sejuk bermuara kantuk
melintas hingga berakhir di ufuk.
biru berlalu dalam putih merekah
insan - insan bermandi bulgary yang menjajah
bodi-bodi usang pun berganti cerah
dan kini melayang tak terarah.
Semarang, 2 Januari 2013
keterangan: masih berbicara soal KA. puisi ini mengisahkan gambaran kondisi KA Indonesia yang seolah - olah hanya akan dinikmati kaum berada. Seolah-olah KA Indonesia akan dikonsep mirip pesawat terbang. Masyarakat terpencil yang dulu bisa menikmati perjalanan KA dengan KA lokal kelas feeder di tiap-tiap stasiun, setelah KA itu dihapus, hanya bisa gigit jari sembari menyaksikan KA lain melintas. Kapitalisme berbisnis telah merusak sistem perKAan Indonesia. Justru di balik semua itu saya membuat konsep KA kelas Merakyat dan kebetulan disetujui mayoritas teman-teman pecinta KA.
Last news: pada hari senin, 28 Januari 2013 yang lalu, saya diundang TV Borobudur untuk menjadi pembicara tentang perKAan Indonesia. Berbagai macam persoalan perKAan Indonesia dibahas di talk show berdurasi 20 menit itu.
NWU diwawancarai soal KA Indonesia di TV Borobudur Semarang, hari Senin, 28 Januari 2013. Foto by Thomas Joko/ 2013