Timur Sinar Suprabana:
rindu
rindu
dan Rinduku kepadamu
selalu
pengin bertemu,
tiap rindu dan Rinduku kepadamu
sesekali bertemu
mengapa tapi selalu lantas membirubisu?
kudekap rindu
dan Rinduku kepadamu
kuperkenalkan mereka pada Kalbu
jalan Sunyi dengan marka warna ungu
yang melurus jauh dalam jiwaku
:terang tapi Bukan kerna lampu
remang tapi Bukan kerna kabut itu
terangremang, remangterang selalu
kerna rindu dan Rinduku kepadamu
tak juga mau henti memerahdadu
jelita dan Ayu!
Timur Sinar Suprabana:
merindumu, Rindu
benar
selalu aku
merindumu, Rindu
menggeletar
melayang sendu
merindumu, Rindu
kerna engkau kirana
bahkan Mata
bagi jiwa
kerna engkau jelita
bahkan Cinta
bagi sukma
Matacinta
dan mataCinta
menjembaku dari segala Fana
memukimkanku di nan Tak terkata
itulah sebab mengapa aku
selalu merindumu, Rindu!
Timur Sinar Suprabana:
rindu tak selalu Rindu
kepada kalbuku
cinta berkata
:rindu tak selalu Rindu
ada kalanya ia hampa
dan meski mendayu
ia percuma
seperti pernyataan cintamu
yang tertunda saat mesti terutara
kerna rindu tak selalu Rindu
maka kubiar diri hilang ingat
tidak saja padamu
tapi juga terhadap banyak riwayat
yang dulu
pernah sempat kaucatat
:di kalbuku
kini terkerat
banyak rindu
yang tapi bukan Rindu
menyembilu!
Timur Sinar Suprabana:
semata Kerna rindu
benar memang
semata Kerna rindu
aku gamang
tiap pengin menyatakan cinta padamu
kubiar rindu makin Ayu
kian Dalu
menghijaubiru semu kelabu
di kalbu
sebab benar memang semata Kerna rindu
tiap detik kautunggu Pulangku o, gustiku
sembari kauhapus neraka dan sorgaku
sebab telah kausiapkan kursi Itu
di sampingmu.
Timur Sinar Suprabana:
semata kerna rindu Juga
tiap kupanggil ia,
“rin! rindu!”
makin menjauh ia
sesudahnya
kerna aku Selalu rindu
cinta kian kelabutua,
segala ungu dan sendu nyaris pilu
bahkan asmara memutih pula
:adakah yang selalu tak berlalu?
dari beranda
kudengar tiktakjam di ruang tamu
tak henti menggoda usia
“ada Salam dari rindu
yang kian kaurindu makin ia
malu bertemu denganmu.”
aku tertawa
tapi bukan kerna sedang Gembira.