Pelari Terdepan
Karya Kahlil Gibran
Kau adalah pelari depanmu sendiri, dan menara yang telah kau bangun tidak lain adalah pondasi dirimu yang besar. Dan diri itu juga yang harus menjadi pondasi.
Dan Aku juga adalah pelari depanku sendiri, karena bayangan panjang yang membentang dihadapanku saat matahari bersinar, seharusnya berkumpul di bawah kakiku saat tengah hari. Namun sinar matahari yang lain membaringkan bayangan lain didepanku, dan itu juga harus dikumpulkan di tengah hari yang lain.
Selalu kita menjadi pelari terdepan kita, dan harus selalu seperti itu. dan semua yang telah kita kumpulkan seharsunya hanyalah benih untuk ladang yang belum dibajak, Kita dalah ladang dan pembajak, pengumpul dan yang dikumpulkan.
Ketika Aku adalah harapan yang mengmbara dalam kabut, Aku juga berada disana, harapan yang mengembara. lalu ketika kita mencari satu sama lain, dan di luar keinginan kita mimpi-mimpi dilahirkan. Dan mimpi-mimpi adalah waktu yang tak terbatas waktu, dan mimpi adalah angkasa yang tak terukur.
Dan ketika Kau adalah kata yang diam di atas bibir kehidupan, Aku juga berada di sana, kata yang diam lain. Lalu kehidupan memanggil kita dan kita mneuruni hari-hari yang berdebar dengan kenangan hari kemarin dan dengan penantian hari esok, karena kemarin adalah kematian yang ditaklukkan, dan esok adalah kelahiran yang dikejar.
Dan kini kita berada dalam tangan Tuhan. Kau adalah matahari di tangan kanan-Nya dan Aku adalah bumi di tangan kiri-Nya. Kau tidak sendiri lagi, bersinar, Aku juga bersinar.
Dan kita, matahari dan bumi, tidak lain adalah awal dari matahari yang lebih besar dan bumi yang lebih besar. Dan selalu kita menjadi permulaan.
Kau adalah pelari terdepanmu, Kau orang asing yang melewati gerbang kebunku.
Dan Aku juga pelari terdepanku walau Aku duduk dalam bayangan pepohonanku, dan tampaknya tidak bergerak.
Karya Kahlil Gibran
Kau adalah pelari depanmu sendiri, dan menara yang telah kau bangun tidak lain adalah pondasi dirimu yang besar. Dan diri itu juga yang harus menjadi pondasi.
Dan Aku juga adalah pelari depanku sendiri, karena bayangan panjang yang membentang dihadapanku saat matahari bersinar, seharusnya berkumpul di bawah kakiku saat tengah hari. Namun sinar matahari yang lain membaringkan bayangan lain didepanku, dan itu juga harus dikumpulkan di tengah hari yang lain.
Selalu kita menjadi pelari terdepan kita, dan harus selalu seperti itu. dan semua yang telah kita kumpulkan seharsunya hanyalah benih untuk ladang yang belum dibajak, Kita dalah ladang dan pembajak, pengumpul dan yang dikumpulkan.
Ketika Aku adalah harapan yang mengmbara dalam kabut, Aku juga berada disana, harapan yang mengembara. lalu ketika kita mencari satu sama lain, dan di luar keinginan kita mimpi-mimpi dilahirkan. Dan mimpi-mimpi adalah waktu yang tak terbatas waktu, dan mimpi adalah angkasa yang tak terukur.
Dan ketika Kau adalah kata yang diam di atas bibir kehidupan, Aku juga berada di sana, kata yang diam lain. Lalu kehidupan memanggil kita dan kita mneuruni hari-hari yang berdebar dengan kenangan hari kemarin dan dengan penantian hari esok, karena kemarin adalah kematian yang ditaklukkan, dan esok adalah kelahiran yang dikejar.
Dan kini kita berada dalam tangan Tuhan. Kau adalah matahari di tangan kanan-Nya dan Aku adalah bumi di tangan kiri-Nya. Kau tidak sendiri lagi, bersinar, Aku juga bersinar.
Dan kita, matahari dan bumi, tidak lain adalah awal dari matahari yang lebih besar dan bumi yang lebih besar. Dan selalu kita menjadi permulaan.
Kau adalah pelari terdepanmu, Kau orang asing yang melewati gerbang kebunku.
Dan Aku juga pelari terdepanku walau Aku duduk dalam bayangan pepohonanku, dan tampaknya tidak bergerak.
foto by google |
Kata-kata yang selalu saya ingat dari Kahlil Gibran adalah:
ReplyDelete"Tubuh mempunyai keinginan yang tidak kita ketahui mereka dipisahkan kerana alasan duniawi dan dipisahkan di ujung bumi.Namun jiwa tetap ada di tangan cinta terus hidup sampai kematian datang dan menyeret mereka kepada Tuhan"..
Kata-kata yang indah dan bermakna sangat dalam.
DeleteTerima kasih kunjungannya. :)