BIOGRAFI KUPU-KUPU
Kubisikkan keinginanku kepada peri kupu-kupu
agar disampaikan kepada langit dan dikembalikan
sebagai keindahan
Ia pun samadi di atas kelopak kembang
menggendam tenaga purba dari delapan penjuru mata angin
Angin berdesir, daun-daun bergoyang, sukmaku melayang
Dari ketinggian yang luas tanpa batas
kusaksikan tubuhku menyerpih bagai anyaman kapas
Aku lahir kembali ketika di sudut gelap puncak Acropolis yang kelam
seekor kupu-kupu meninggalkan kepompong dengan sayap kusam
Pijar api di genggaman Prometheus telah lama padam
Alangkah kasihan! Lalu Dewi Pelangi yang terharu
menangkupkan selendang suteranya ke pundakku
Aku pun terbang ke Timur, ke sumber cahaya
hinggap di gigir Tembok Besar, memandang hijau hutan
liku-liku lembah, tebing-tebing cadas coklat-kemerahan
Nun di bawah ladang yang tandus, tak jauh dari Gunung Li
kusaksikan laskar terakota dengan tubuh kaku dan paras pasi
seolah hendak mengabarkan padaku: kematianlah yang abadi
Alangkah kasihan! Lalu kukepak sayapku dan angin bernyanyi
merasuki tubuh para prajurit itu dan seketika bernafas kembali
Mereka menyebar ke dusun-dusun pinggiran Provinsi Shaanxi
hidup bahagia sebagai petani, dan ketika musim tanam berlalu
sebagian menggambar atau menulis dongeng tentangku
Bersama arwah orang-orang yang gugur demi cinta
di bukit-bukit sunyi bagian bumi utara
kuarungi angkasa Pasifik, belanga agung yang haus kehidupan
Taifun kabut dan badai salju kujadikan titian
Di padang-padang gersang benua baru
di antara gerumbul kaktus dan semak perdu
aku terlempar bagai sebutir kerikil batu berbercak darah
Alangkah kasihan! Lalu Roh Agung meniupkan nafas dari surga
dan jadilah aku duta penyampai mimpi kaum berwajah merah
Menjelang musim panas tiba, kuluruhkan seluruh warna
pada sayapku yang tembus pandang mereka membaca cuaca
Peluhku akan menjelma hujan
dari dakiku tetumbuhan bersembulan
Bila kutangkupkan sayap-sayapku
musim dingin datang, nafas putihku menaburkan serbuk salju
Para prajurit memujaku sebagai titisan pahlawan pemberani
para orang tua pilih bersunyi diri bersamaku sebelum mati
agar arwah mereka bahagia dan kembali
sebagai kupu-kupu, dan ketika kupu-kupu mati
sampailah mereka ke Kosong Abadi
Arwah para pencinta ini,
mereka merindukan kobar api
mendamba moksa dalam nyala
meluruhkan yang busuk dan sia-sia
Mereka pun ingin menghibur diri dengan bernyanyi
seperti pernah mereka lakukan bersama para Siren di lautan
atau menari bersama Sembilan Muse di angkasa dan daratan
Demi menghormati kaum burung, aku memilih diam
diam-diam hinggap di kelopak bunga menghisap madu
atau melayang tenang lalu bertandang ke ruang tamumu
Bila kau baik padaku, akan kubawakan mimpi ke tidurmu
dan bila kau berkenan membisikkan keinginan
akan kusampaikan ke langit, agar dijelmakan
sebagai keindahan
1989