''Zainab, Inginku kau bisa bersabar menanti kedatanganku,'' pesan Ziyad.
''Baiklah kalau begitu. Akan kutunggu,'' jawab Zainab.
Pesan itu yang bikin Zainab tetap bertahan menjaga hatinya untuk Ziyad meski dua tahun lamanya. Tak terlempar petanyaan bimbang dari mulutnya. Tanpa syarat apa pun yang ia harapkan karena memang ia yakin bahwa Ziyad akan benar benar datang menemuinya.
Teman teman Zainab kadang memberikan saran kepadanya. Ina menyarankan; ''Dari pada tiap hari kamu menahan kengenmu ke Ziyad yang jauh di sana. Lebih baik kamu ungkapkan kangenmu ke lain orang yang memungkinkan kamu bisa temui. Karena aku tak bisa melihat kamu terus sedih seperti ini.''
Bukan karena sedih tak bisa bertemu melainkan aku khawatir dengan keadaan mas Ziyad di sana, jawab Zainab.
Begitu cintanya kepada Ziyad sampai sampai ada seorang laki laki, Andre, yang cukup lama mengenalnya pun tak menggoyahkan cintanya kepada Ziyad. ''Besok kalau mau pinjam buku di perpustakaan aku temani ya, pinta Andre.'' Karena teman sekelas dan kebetulan mendapatkan tugas kelompok bersama, Zainab tak bisa menolak tawaran Andre. Pernah juga tiga kali Andre ingin mengantar pulang Zainab ke asrama ditolaknya. Keempat kalinya kebetulan makalah Zainab tertinggal di asramah yang akan dipresentasikan di kelas, membuat Zainab terpaksa minta antar Andre. Hari hari berikutnya, Andre, meski tidak tiap hari, mengantar pulang Zainab. ''terima kasih Mas, hatihati di jalan '' ucap Zainab saat sampai di asrama. ''Sama sama, balas Andre.'' tidak banyak hal yang dibicarakan karena tidak enak bebincang di luar asrama khawatir Ibu asrama melihat.
Rasa kasihan atau cinta yang dirasakan Andre hingga ia begitu perhatian dengan Zainab. Sampai kegiatan mengajar di TPA sore hari pun Andre mengetahuinya. Atau karena kasihan melihat Zainab tiap hari ke kampus mengayuh sepeda. Mungkin bagi perempuan lain yang dilakukan Zainab terasa berat dan jarang dilakukan oleh perempuan seusianya. Tapi bagi Zainab, itu semua adalah pengabdian hidup dan membahagiakan bisa mandiri dan memberikan manfaat kepada orang banyak apalagi yang diasuh adalah anak anak tuna netra.
Pukul 08.00 malam hp Zainab berdering. Ternyata telfon dari Ziyad yang sudah dua minggu tidak ada kabar.
''Bagaimana kabar Zainab?''
''Alhamdulillah baik mas. Sampean juga gimana kabarnya?''
''Alhamdulillah baik juga neng.''
''Kenapa lama baru telfon, mas? Saya kangen.''
''Ya maaf. Sibuk kerja dan sekarang baru bisa telfon.''
''Ah masak sibuk kerja sampai dua minggu. Paling tidak kan kirim sms.''
''Sayang....., tolong mengerti keadaan kita sekarang. Nanti kalau mas sudah pulang apa pun permintaanmu aku penuhi.''
Sebelum percakapan berlanjut tibatiba telfon putus. Lalu sms pun berbunyi dari hp Zainab. ''maaf sayang pulsanya limit.'' Denga wajah agak kecewa Zainab tidak membalas sms itu. Ia langsung menuju ke ruang anak anak tuna netra guna mengajarkan baca tulis braille.
Esok pagi Andre sms. ''Zainab, nanti ke kampus berangkat bareng ya?. Bingung mau balas ya atau tidak. Setelah lima menit akhirnya dibalas, ''maaf Ndre, lain kali saja. gak enak ngrepotin terus.'' dengan jawaban seperti itu bukannya Andre kecewa, justru tanpa memberi tahu Zainab tibatiba setelah sepuluh menit kemudian Andre sudah ada di depan pintu asrama.
''Halo..... Zainab cepat keluar saya sudah di depan pintu, kata Andre saat telfon.''
Kemudian tanpa bisa beralasan lagi Zainab mengikuti keinginan Andre.
''Wah sekarang sudah ada yang antar jemput nih...'' ledek Ida kepada Zainab.
''Hemm mulai deh....''
''Bukannya itu yang kamu inginkan.''
''Sebenarnya aku heran. Apa maksud Andre bersikap seperti itu kepadaku. Kalau benar suka. Mengapa ia tidak pernah bilang ke aku. Padahal sudah lima bulan ia perhatian begini. Aku pun tak memiliki nyali untuk menanyakannya. Semua itu mengalir begitu saja. Padahal aku ingin kasih tahu kalau aku sudah mencintai orang lain, Ziyad. Selama ini aku anggap Andre adalah seorang kakak bagiku''
''Kalau begitu kamu harus kasih tahu Andre yang sebenarnya sebelum dia kecewa.'' saran Ida.
''Ya nanti aku beranikan diri kasih tahu Andre.''
Di sore hari Zainab mengajar di TPA. Pukul 05.00 sore langit bertudung mendung. Tak lama lima menit kemudian hujan menderas disertai angin kencang. Zainab pun terjebak hujan dan tak bisa pulang, pikirnya. Lagi lagi Andre yang tanpa pemberitahuan langsung menuju ke TPA tempat Zainab mengajar. Dengan bersepeda motor dan jas hujan Andre mengajak pulang Zainab. Sesampai di asrama Zainab berkata;
''Mas, maaf selalu merepotkan.''
''Tidak apa apa. Biasa saja. Itu semua kan keinginanku.''
''Sebenarnya maksud mas apa kok melakukan semua ini?''
''Tidak ada maksud apa apa.''
''Tolong mas jujur biar aku tidak penasaran.''
Tetap saja Andre mengelak hingga akhirnya berkata sebenarnya.
''Sebenarnya aa... aa... ku suka kepadamu.''
Apa yang dikhawatirkan Zainab ternyata benar bahwa Andre suka kepadanya. Seketika itu suara kilat menggelegar di sela sela hujan lebat dan angin kencang seakan melemahkan jalan Zainab. Tak tahu bagaimana harus berkata jujur kepada Andre bahwa ia sudah mencintai orang lain, Ziyad. Ia takut melukai hati Andre. Ia membayangkan begitu baiknya Andre kepadanya. Mengantarkan ke rumah sakit. Pulang pergi ke kampus. Sering memberi hadiah. Pergi ke perpustakaan. Diskusi bareng, dan seterusnya dan sebagainya. Namun entah mengapa hati Zainab tidak bisa mencintainnya atau karena hatinya tertutup oleh kekagumannya kepada Ziyad. Padahal komunikasi dan perhatian Ziyad berkurang setelah ia berada di luar negeri.
Begini mas, sudah dua tahun saya mencintai orang lain dan berjanji akan menantinya hingga pulang.
Dia adalah Ziyad. Memang saya tidak pernah cerita karena saya pikir tak perlu diceritakan ke lain orang. Besok senin Ziyad pulang dan aku harus menemuinya di bandara.
Andre kaget atas penjelasan Zainab yang semula ia anggap tidak ada orang lain yang mencintainya karena memang tidak penah melihat Zainab berjalan dengan cowok selain dengannya.
Andre sudah terlanjur sepenuh hati mencintai Zainab dan tak pernah mengharapkan apa pun selain cinta dari Zainab. Dengan penjelasan itu semua, Andre menerima dan menyampaikan satu permohonan terakhir. ''Besok senin biar aku antar kamu ke bandara menemui Ziyad, ini terakhir kalinya aku menawarkan bantuan kepadamu dan titik akhir pengorbananku.''
Sungguh terenyuh hati Zainab dan meneteskan air mata menderas bagai hujan kala itu karena terharu. YA, Mas, katanya lirih.
Hari senin pun tiba Zainab dan Andre sudah berada di bandara. Bersiap menemui Ziyad. Disela kecemasan Zainab menunggu Ziyad tibatiba dipeganglah tangan Andre dengan kuat. Andre pun hanya terdiam. Setelah Ziyad terlihat dari kejauhan Andre diam diam meninggalkan Zainab tanpa berkata kata. Dipeluklah Ziyad oleh Zainab namun entah mengapa Zainab tak merasakan hatinya bahagia tapi biasa biasa saja. Jantung tak berdebar kencang dan darah seakan mengalir normal sepeti biasa. Padahal tadi Zainab ingin menumpah ruahkan rindunya kepada Ziyad.
Lalu Zainab menengok ke belakang. Memutar badanya. Melongok ke kanan dan ke kiri tak ditemukan Andre. Justru saat melihat Andre tidak ada di sampingnya, Zainab seakan kehilangan sesuatu. Hingga ia tersadar bahwa cinta sejatinya adalah Andre. Tanpa pikir panjang Zainab lari keluar bandara mengejar Andre barangkali ia masih di luar. Dilihatlah Andre berjalan gontai keluar dari bandara. Andreeeee......, teriak Zainab. Seketika itu Andre dipeluknya erat erat. ''maafkan aku Andre... Sungguh ternyata aku mencintaimu.'' aku begitu sangat kehilangan dan bimbang saat kau meninggalkanku tanpa pamit.
Ziyad pun tercengang dan kaget dengan kenyataan ini. ''maafkan aku mas Ziyad. Aku sudah menepati janji menantimu tapi meski brgitu cinta tak bisa menunggu. Ia butuh perhatian. Kasih sayang. Dan ketulusan hati. Aku yakin pasti ada perempuan lain yang akan menjadi belahan jiwamu.'' begitu kata Zainab dan akhirnya Ziyad mengerti dan mengucapkan selamat kepada Zainab dan Andre. Air mata pun tak kuasa dibendung oleh Andre dan Zainab sembari berpelukan, Andre berbisik; aku akan menikahimu, sayang.......