PIDATO KERAKYATAN PERIHAL KEMERDEKAAN






Pidato Kerakyatan perihal Kemerdekaan





Saudara-saudara sebangsa dan setanah air….

Hampir setengah abad kata orang negeri kita, bangsa kita, Indonesia, merdeka. Tapi acap kali aku masih juga belum mampu menjawab setiap kali orang bertanya: apa makna kemerdekaan bagi rakyat jelata?

Ketika kudengar para pemimpin berkata, “Akulah wakil kalian. Akulah pemimpin kalian. Akulah bapak kalian. Maka turutlah aku dan jangan banyak bicara karena semua sudah kubikin kebijakannya. Tentu semua beserta juklak dan juknisnya.” Aku bertanya: siapa pula yang merdeka?

Ketika kubaca seorang menteri berkata, “Janganlah cerewet, ribut, dan selalu menuntut kebebasan untuk berserikat atau sekadar menyatakan pendapat. Ingat, sebagian besar rakyat kita belumlah memadai pendidikannya – meski bisa sedikit membaca dan menulis sebenarnya sudah lebih dari cukup bagi mereka. Pendidikan toh mahal biayanya. Jadi janganlah ganggu mereka dengan segala macam perdebatan soal tertib hukum, kebebasan, atau hak asasi manusia. Biarkan mereka mencari makan atau sekadar berdoa.” Aku bertanya: di mana pula kemerdekaan kita?

Ketika kusaksikan sawah, ladang, tambak, dan huma disulap jadi real estate, waduk raksasa, rupa-rupa pabrik, dan lapangan golf dengan memindahpaksakan para pemiliknya, aku bertanya: inikah kemerdekaan kita?

Ketika kudengar pasar-pasar rubuh dan terbakar, gubuk-gubuk dan rumah kardus terbuncang taufan, lantas berdiri megah di atasnya superblock, supermarket, dan beribu plasa bukan lagi milik simbok bakul dan kaum Sukardal, aku bertanya: ke mana pula kemerdekaan kita?

Saudara-saudara sebangsa dan setanah air….

Sungguh, sumpah mampus, aku tak pernah bermimpi bahwa kehidupan di negeri ini haruslah senantiasa bersih licin kayak pantalon barusan keluar dari rumah binatu. Oleh karena itulah sembari berjalan, terus berjalan, dari entah ke entah, tak habis-habis aku bertanya: kapan sih kita benar-benar bisa merdeka?

Saudara-saudara sebangsa dan setanah air….

Inilah pidatoku, pidato kaum jelata Indonesia.

Salam Setengah Merdeka!







Indonesia, 16 Agustus 1993

gunawan budi susanto





* Dimuat koran kampus Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Manunggal Edisi VI Tahun XII Juni-Juli 1993, halaman 8.