Anak yang Angkuh
Betapa dinginnya air sungai .
Dinginnya. Dinginnya!
Betapa dinginnya daging duka
Yang membaluti tulang-tulangku.
Hai, anak!
jangan bersandar juga di pohonan.
Masuklah, anak!
Di luar betapa dinginnya!
(Di luar angin menari putar-putar.
Si anak meraba punggung dan pantatnya.
Pukulan si Bapak nimbulkan dendam).
Masih terlalu kecil ia
digembungkan dadanya kecil
diangkatnya tinjunya kecil.
Amboi! Si jagoan kecil
menyusuri sungai darah.
Hai, anak!
Bara di matamu dihembusi angin.
Masuklah, anak!
Di luar betapa dinginnya!
(Daun-daun kecil pada gugur
dan jatuh atas rambutnya.
Si anak di jalan tolak pinggang.
Si jantan kecil dan angkuh).
Amboi, ingusnya masih juga!
Mengapa lelaki harus angkuh
minum dari puji dan rasa tinggi
dihangati darah yang kotor?
Hai, anak!
Darah ayah adalah di ototmu
Senyumlah dan ayahmu akan lunak
Di dada ini tak jagoan selain kau.
Dan satu senyurn tak akan mengkhianati kata darah,
Masuklah, anak!
Di luar betapa dinginnya!
(Dengan langit sutra hitam
dan reranting patah di kakinya
si anak membusung tolak pinggang
kepala tegak dan betapa angkuhnya!)