Sajak Sajak yang Akan Membuatmu Tersenyum Bahagia
Terjemahan Bebas SajakSajak Nizar Tawfiq Qabbani
*
Aku Tidak Memiliki Kekuatan
Aku tidak memiliki kekuatan untuk mengubahmu — atau mengerti
dan mengikuti keinginan dan caramu. Jangan pernah percaya seorang pria bisa
mengubah perempuan. Para pria berpura-pura telah mencipta perempuan dari
sebatang tulang rusuk mereka. Para perempuan tidak datang dari tulang rusuk
pria atau tulang siapa-siapa. Para pria lahir dari rahim perempuan, seperti
seekor anak ikan berenang lepas dari kedalaman air. Seperti cabang-cabang
sungai melepaskan diri dari arus. Para pria berputar mengelilingi poros matahari
di mata perempuan dan mereka menganggap telah menciptakan semesta.
Aku tidak memiliki kekuatan menanammu seperti bunga atau
menjinakkanmu seperti anak kucing atau meredam naluri purbamu. Oh, sungguh,
mustahil mampu kulakukan! Aku telah menguji ketumpulan pikiran dan ketajaman
kebodohanku. Tidak ada, tidak ada yang mampu menaklukkanmu.
Tidak ada kekuatan yang mampu memecahkanmu selama tiga ratus
tahun. Engkau akan tetap utuh seperti ini selama tiga ratus tahun, selalu
begitu seperti sejak mula. Seperti badai yang berdiam di dalam botol dan
mengenal dengan amat baik aroma tubuh pria. Engkau serbuk alami yang lahir
untuk menyerbu dan menaklukkan para pria.
Jangan percaya para pria ketika bicara tentang diri mereka,
bahwa dari diri mereka lahir bayi-bayi mungil, bahwa dari jari-jari mereka
mengalir puisi-puisi. Para perempuanlah yang menulis puisi dan pria menerakan
nama mereka di kakinya. Dari para perempuanlah tawa dan tangis anak kecil pecah
dan pria datang ke rumah sakit bersalin menyebut nama mereka sebagai ayah.
Aku tidak memiliki kekuatan untuk mengubah sifatmu.
Buku-buku yang kubaca tidak ada gunanya bagimu dan kepercayaan yang kupeluk
tidak punya lengan yang mampu memeluk dan meyakinkanmu. Aku, di dalam diriku,
adalah ruang kosong. Aku tidak memiliki kekuasaan. Engkau adalah ratu dan dunia
tidak memiliki raja. Engkau kegilaan dan milik siapa saja. Tetaplah seperti
itu. Engkau adalah pohon yang tumbuh dalam gelap. Tidak butuh matahari atau
mata air. Engkau putri laut yang dikasihi semua orang dan mengasihi semua
orang. Engkau tidur dengan seluruh pria dan tidur tidak dengan siapa pun.
Engkau perempuan dari Badui yang menjelajahi seluruh suku di dunia dan kembali
sebagai perawan suci. Tetaplah seperti itu.
*
Apabila Aku Mencintaimu
Apabila aku mencintaimu, bahasa baru terbit seperti mata
air, kota-kota baru dan negara-negara baru lahir. Jam dinding bernapas seperti
anak-anak anjing. Kebun gandum tumbuh di halaman-halaman buku. Burung-burung
berlepasan seperti lelehan madu dari sepasang matamu. Serombongan kafilah
datang dari belahan dadamu membawa bermacam-macam ramuan India. Buah-buah
mangga berjatuhan dari dahan, hutan-hutan terbakar, dan gendang-gendang Nubia
tidak henti menyeru para penari.
Apabila aku mencintaimu, sepasang payudaramu melepaskan rasa
malu, bergetar, berubah jadi petir dan gelegar guntur, sebilah pedang, dan
badai pasir yang hebat .
Apabila aku mencintaimu, kota-kota Arab bangkit meneriakkan
perlawanan terhadap zaman penindasan, menumpahkan kemarahan kepada hukum yang
menganiaya suku-suku tertentu.
Dan aku, apabila aku mencintaimu, aku ikut berbaris melawan
semua kejahatan. Melawan pengusaha yang menimbun garam. Melawan penguasa yang
mengubah gurun jadi petak-petak kebun sendiri.
Dan aku, aku akan terus mencintaimu hingga banjir bandang itu
datang. Aku akan terus mencintaimu hingga banjir bandang itu datang menghapus
dunia.
*
Lari-lari Kecil pada Pagi Hari
Kita memasukkan diri ke dalam barisan seperti kawanan domba
yang hendak disembelih. Kita berlari, terengah-engah, ingin mencium sol sepatu
para pembunuh.
Mereka menculik anak Maryam, padahal ia masih bayi. Mereka
mencuri dari diri kita ingatan pohon-pohon jeruk, aprikot, dan rimbun semak
mint, pula nyala lilin dari masjid-masjid.
Mereka meletakkan di tangan kita sekaleng ikan sarden bernama
Gaza dan sepotong tulang kering bernama Yerikho. Mereka membiarkan kita tumbuh
sebagai tubuh tanpa tulang, sepasang lengan tanpa jemari.
Setelah perselingkuhan rahasia yang basah di Oslo, hidup
kita dilanda kekeringan. Mereka memberi kita tanah air yang lebih kecil dari
sebiji gandum. Tanah air yang akan kita telan tanpa air, seperti sebutir
aspirin.
Kita memimpikan perdamaian hijau dan bulan sabit putih dan
laut biru. Namun, kini, kita menemukan diri kita cuma seonggok tinja.
*
Bahasa
Ketika seorang lelaki jatuh cinta, kenapa ia harus memakai
kata-kata? Apakah para wanita mendambakan kekasih mereka berbaring di dekatnya
sebagai ahli bahasa?
Aku tidak mengucapkan apa pun kepada wanita yang aku cintai.
Aku memasukkan kamus-kamus ke koper dan melarikan diri dari semua bahasa.
*
Kekasihku Bertanya Kepadaku
Kekasihku bertanya kepadaku: “Apa bedanya aku dengan
langit?”
Perbedaannya, Sayang, adalah jika kau tertawa, aku lupa apa
itu langit.
*
Percakapan
Jangan kausebut cintaku seikat cincin atau gelang. Cintaku
adalah pengepungan. Keberanian dan kemauan keras yang bangkit dari kematian
mereka.
Jangan kausebut cintaku sebagai semata bulan. Cintaku lebih
hebat dari ledakan cahaya.
*
Jika engkau sahabatku, bantu aku menanggalkanmu. Atau, jika
engkau kekasihku, bantu aku menyembuhkan diri darimu.
Andai aku tahu lautan sedalam ini, aku tidak akan
menceburkan diri. Andai aku tahu bagaimana aku berakhir, aku tidak akan pernah
memulai.
Aku mendambakanmu, maka ajari aku ketidakinginan. Ajari aku
mencabut akar cintamu dari kedalaman. Ajari aku memadamkan kesedihan di mata
hingga cinta memutuskan bunuh diri.
Jika engkau seorang nabi, bersihkan aku dari kutukan ini,
bebaskan aku dari ketiadaan iman. Mencintaimu berarti tak memeluk satu agama
pun, maka sucikan aku dari kehampaan ini.
Jika engkau kuat, angkat aku dari dasar laut karena aku
tidak tahu berenang. Ombak biru di sepasang matamu menarikku ke palung paling
dalam. Biru. Biru. Seluruh biru, dan aku tidak memiliki pengalaman mencintai,
dan tidak ada perahu sama sekali.
Jika engkau mengasihiku ulurkan lenganmu, rengkuh aku, sebab
aku dipenuhi nafsu dari rambut hingga kuku-kuku kakiku.
Aku bernapas dari sini, di bawah laut. Aku tenggelam.
Tenggelam. Tenggelam.
*
Cahaya Lebih Penting daripada Lampu
Cahaya lebih penting daripada lampu, puisi lebih penting
daripada buku catatan, dan ciuman lebih penting daripada sepasang bibir.
Surat-suratku kepadamu lebih agung dan lebih penting
daripada kita berdua. Lembaran-lembaran itu satu-satunya dokumen di mana
orang-orang kelak menemukan kecantikanmu dan kegilaanku.
*
Wahai, Kekasihku
Wahai, Kekasihku, jika kau berada di sini, di puncak
kegilaanku, kau akan menyingkirkan semua perhiasanmu, kau akan menjual habis
gelang-gelangmu, dan pulas tertidur di mataku.
*
Tentang Menyelami Lautan
Cinta, pada akhirnya, tiba juga dan kita memasuki surga,
menyelusup di bawah kulit air seperti ikan. Kita melihat mutiara laut berkilau
dan mata kita dipenuhi kekaguman.
Cinta, pada akhirnya, menimpa kita juga, tanpa paksaan,
dengan keinginan yang setara. Sebesar yang kuberi, sebesar yang kauberi. Dan,
kita merasa sama adil.
Cinta menyerahkan diri, pasrah, seperti mata air yang terbit
begitu saja dari balik tanah.
*
Tuan Sultan
Jika ada yang menjamin keselamatanku, jika aku mampu bertemu
dengan Sultan, aku akan mengatakan kepadanya: O Tuanku Sultan! Anjing Tuan yang
rakus merobek-robek jubahku, mata-mata Tuan mengikutiku sepanjang waktu. Mata
mereka, hidung mereka, kaki-kaki mereka mengejarku seperti takdir, seperti
nasib. Mereka menginterogasi istriku dan menulis nama semua sahabatku.
Wahai, Sultan! Karena aku berani mendekati dindingmu yang
tuli, karena aku mencoba mengungkapkan kesedihan dan kesusahanku, aku dipukuli
dengan sepatu bututku sendiri.
Wahai, Tuan Sultan! Engkau telah kalah perang dua kali
karena setengah dari orang-orang kita tidak memiliki bahkan sepotong lidah.
Apa yang indah dari keluh-kesah di napas mereka? Di balik
tembok, orang-orang berlari ketakutan seperti anak-anak kelinci yang mungil dan
sekerumunan semut.
Jika para penjaga bersenjata itu menjamin keselamatanku, aku
akan menemui Sultan dan mengatakan: Wahai Tuan Sultan, engkau kalah perang
bukan cuma sekali, karena membangun dinding untuk memisahkan kekuasaan dari
suara-suara manusia.
*
Coretan-coretan Anak Kecil
Kesalahanku, kesalahan terbesarku, Duhai Putri Bermata Laut,
adalah mencintaimu seperti seorang anak kecil mencintai. Namun, kekasih paling
mulia, sesungguhnya, adalah anak kecil.
Kesalahan pertamaku, dan bukan yang terakhir, adalah hidup
di pusat keingintahuan. Selalu siap terkesiap bahkan oleh peralihan sederhana
kelam dan terang. Malam dan siang. Dan menyediakan diri kepada setiap perempuan
yang aku cintai untuk memecahkan diriku, menjadikan aku ribuan serpihan,
mengubahku jadi kota terbuka dan terluka, dan meninggalkanku di balik
punggungnya sebagai kepulan debu.
Kelemahanku adalah melihat dunia dengan pikiran anak kecil.
Dan, sungguh, kesalahanku adalah menyeret cinta keluar dari
gua, melepaskannya ke udara, memugar dadaku jadi gereja yang menerima semua
pecinta.
*
Cintamu mengajariku bagaimana cara berduka, dan selama berabad-abad
yang sungguh kucari adalah perempuan yang mampu membuatku bersedih. Aku
membutuhkan seorang perempuan yang membuatku menangis di bahunya seperti seekor
burung. Aku membutuhkan perempuan yang mau mengumpulkan serpihan diriku seperti
mengumpulkan pecahan-pecahan kaca.
Cintamu, Duhai Perempuanku, mengenalkanku kebiasaan buruk
paling buruk, mengajariku meminum ribuan gelas kopi setiap malam, mengajakku ke
laboratorium mengamati bahan-bahan kimia, memaksaku mengunjungi dokter dan para
peramal.
Cintamu mengajariku meninggalkan rumah, menelusuri ruas-ruas
jalan. Mencari wajahmu di benang-benang hujan dan lampu-lampu kendaraan.
Mengamati pakaianmu di tubuh orang-orang yang tak kukenal. Mencari senyummu di
poster-poster dan iklan-iklan koran.
Cintamu mengajariku mengembara, mencari model rambut yang
membuat semua perempuan gipsi cemburu, mencari wajah dan suara yang lebih indah
dari seluruh wajah dan suara.
Cintamu, Perempuanku, memasukkanku ke dalam kesedihan, kota
yang tidak pernah kudatangi sebelum menemukanmu. Aku tidak tahu, kesedihan
adalah manusia itu sendiri. Tanpa air mata, manusia hanya kenangan. Bayangan
belaka.
Cintamu mengajariku menggambar wajahmu dengan kapur seperti
seorang anak kecil. Di tembok-tembok kota, di dinding perahu para nelayan, di
lonceng-lonceng gereja, di patung-patung Yesus.
Cintamu mengajariku bahwa cinta mampu mengubah peta waktu.
Cintamu mengajariku bahwa jika aku mencintai, bumi akan tertegun dan lupa
bagaimana cara perputar.
Cintamu mengajarkan kepadaku hal-hal yang tak masuk akal.
Aku membaca buku-buku dongeng. Aku memasuki kastil para peri. Aku bermimpi
mereka akan menikahkan aku dengan putri Sultan. Duhai, sepasang mata itu, lebih
bening daripada mata air, lebih segar dari buah-buah delima. Aku bermimpi jadi
seorang pangeran dan menculiknya. Dan aku bermimpi memberikannya seuntai kalung
mutiara.
Cintamu, Wahai Perempuanku, mengajariku arti hayalan dan
kegilaan. Mengajariku bahwa hidup akan baik-baik saja meskipun putri Sultan
tidak pernah datang. Mengajariku menemukan dan mencintaimu dalam hal-hal
sederhana. Di pohon-pohon musim gugur yang telanjang, di daun-daun kering yang
jatuh, di butiran-butiran hujan, di ketenangan kuil, di tengah riuh kafe tempat
orang mabuk, dalam malam-malam senyap, dalam bergelas-gelas kopi hitam.
Cintamu mengungsikanku di kamar-kamar hotel murah tak
bernama, di gereja-gereja tua tak bernama, di rumah-rumah kopi tak bernama.
Cintamu mengajariku bagaimana malam dipenuhi kesedihan
orang-orang asing. Mengajariku melihat Beirut sebagai perempuan, kekejaman
godaan sebagai perempuan, memasangkan gaun paling indah yang dia punya ke tubuh
setiap malam, dan menumpahkan parfum ke dadanya.
Cintamu mengajariku menangis tanpa air mata. Mengajariku
menidurkan kesedihan, seperti anak kecil dan kakinya yang kelelahan berjalan
dari Rouche ke Hamra.
Cintamu mengajariku bagaimana cara berduka, dan selama
berabad-abad yang sungguh kucari adalah perempuan yang mampu membuatku
bersedih. Aku membutuhkan seorang perempuan untuk membuatku menangis di bahunya
seperti seekor burung. Aku membutuhkan perempuan yang mau mengumpulkan serpihan
diriku seperti mengumpulkan pecahan-pecahan kaca.
*
Ketika Aku Mencintai
Ketika aku mencintai, aku merasa akulah penguasa waktu, aku
pemilik bumi dan segala sesuatu di atasnya, dan aku menunggang kuda dan melaju
menuju matahari.
Ketika aku mencintai, aku adalah lelehan cahaya, kasat mata,
dan puisi di buku catatanku tumbuh jadi taman bunga paling indah.
Ketika aku mencintai, air mengalir dari sela jari-jariku,
rumput tumbuh di lidahku.
Ketika aku mencintai, aku menjadi waktu di luar seluruh
waktu.
Ketika aku mencintai seorang wanita, semua pohon, tanpa alas
kaki, berjalan ke arahku.
*
Pada Musim Panas
Pada musim panas, kubawa diriku ke pantai berbaring dan
memikirkanmu. Kutumpahkan ke dada laut seluruh perasaanku kepadamu.
Laut akan menanggalkan pantai, meninggalkan karang-karang,
kerang-kerang, juga ikan-ikan, dan berjalan mengikutiku pulang.
*
Puisi tentang Laut
Di pelabuhan biru matamu, berembus hujan dan kilau suar
ibarat suara-suara yang merdu. Matahari gemetar dan layar melukis perjalanan
mereka ke keabadian.
Di pelabuhan biru matamu, lautan terbuka seperti jendela.
Burung-burung datang dari jauh, mencari pulau-pulau yang tiada dalam peta.
Di pelabuhan biru matamu, salju jatuh menyelimuti bulan
Juli. Kapal sarat dengan bebatuan mulia tumpah ke laut dan tidak tenggelam.
Di pelabuhan biru matamu, aku menyusur pantai bagai anak
kecil. Menghirupembuskan aroma garam dan memulangkan burung-burung yang
kelelahan ke sarang.
Di pelabuhan biru matamu, karang bersenandung pada malam
hari. Siapa gerangan yang menyembunyikan ribuan puisi ke dalam lembaran buku
tertutup di matamu?
Andai saja, andai saja aku seorang pelaut, andai saja ada
seorang memberiku perahu, aku akan menggulung layarku setiap malam dan
bersandar di pelabuhan biru matamu.
*
Setiap Kali Aku Menciummu
Setiap kali aku menciummu, seusai kita terpisah waktu yang
panjang, aku merasa menjatuhkan sehelai surat cinta tergesa-gesa ke dalam kotak
berwarna merah.
*
Aku Menaklukkan Dunia dengan Kata-kata
Aku menaklukkan dunia dengan kata-kata. Aku menaklukkan
bahasa ibu, kata-kata kerja, kata-kata benda, dan sintaksis. Aku menghapus
semua muasal benda menggunakan bahasa baru yang terbuat dari gemericik air dan
percik api. Aku menyalakan masa depan. Aku menghentikan waktu di matamu dan
meruntuhkan semua sekat yang menjauhpisahkan nanti dan masa lampau dari sini,
dari kini.
*
SajakSajak Nizar Tawfiq Qabbani
sumber : https://medium.com/@hurufkecil/beberapa-terjemahan-bebas-sajak-nizar-tawfiq-qabbani-1959931494c6#.i20sfag7f
Sekilas Biografi - Nizar Tawfiq Qabbani
Nizar Tawfiq Qabbani (bahasa Arab: نزار توفيق قباني, Nizār Tawfīq Qabbānī) (21 Maret 1923 – 30 April 1998) adalah seorang diplomat, penyair dan penerbit Suriah.
Nizar Qabbani lahir di ibukota Suriah Damaskus dari keluarga pedagang kelas menengah. Qabbani dibesarkan di Mi'thnah Al-Shahm, salah satu tetangga Damaskus lama. Qabbani menempuh pendidikan di Scientific College School nasional di Damaskusantara 1930 dan 1941. Sekolah tersebut dimiliki dan dijalankan oleh teman ayahnya, Ahmad Munif al-Aidi. Ia kemudian mempelajari hukum di Universitas Damaskus, yang disebut Universitas Suriah sampai 1958. Ia lulus dengan gelar sarjana dalam hukum pada 1945.
Ketika ia masih pelajar, ia menulis kumpulan puisi buatannya yang berjudul The Brunette Told Me
nizar tawfiq qabbani muda |
0 Response to "Sajak Sajak yang Akan Membuatmu Tersenyum Bahagia oleh Nizar Tawfiq Qabbani"
Post a Comment
Pijakilah Setiap yang Kau Baca dengan Komentar Manismu.