CONTOH RESENSI BUKU - CONTOH RESENSI BUKU
Aenze Blog - Assalamualaikum dan Selamat sejahtera untuk kita sekalian, semoga senantiasa sehat dan dalam keadaan terbaik.
Oke langsung saja kali ini Aenze Blog akan berbagi tentang Resensi Buku - dimulai dari poin unsur-unsur dalam penulisan resensi sampai ke contohnya. Contoh yang saya muat di bawah ini adalah resensi buku yang ditulis oleh teman facebook saya, dia adalah penulis muda dari banten. Namanya Ade Ubaidil, untuk melihat blognya silakan mampir di www.quadraterz.com.
Baiklah dimulai dari > Unsur – Unsur Dalam Resensi, berikut ini :
1. Identitas buku
2. Judul resensi
2. Judul resensi
3. Data buku
Data buku berisi :
a. Judul buku
b. Pengarang
c. Penerbit
d. Tahun terbit beserta cetakannya
e. Dimensi buku
f. Harga buku
e. Dimensi buku
f. Harga buku
4. Ikhtisar Isi resensi buku
5. Kelebihan dan kekurangan buku
6. Penutup resensi buku
-------------------------------------------------------------------------------
Dan berikut ini contoh resensi buku yang ditulis oleh Ade Ubaidil :
Ketika Pemain Pilem Jadi Gubernur
Judul Buku : SI DOEL
Jenis Buku :
Nonfiksi/Biografi
Penulis
: Rano Karno
Penerbit
: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : Cetakan I, Okober 2016
ISBN
: 978-602-03-3456-1
Tebal
: viii + 204 halaman
Harga
: Rp. 60.000,-
Barangkali, judul itu yang tepat merangkum segala isi buku,
“Si Doel” karya Rano Karno ini—sekalipun Rano Karno pernah menjajal dunia tarik
suara. Bila yang pembaca cari soal hal-hal menarik dari Rano selama menjadi entertainer,
tentu salah jurusan, hanya sedikit hal itu disinggung olehnya. Dalam buku ini,
Rano menuliskan segala hal-hal selama hidupnya yang belum pernah diungkap
kepada publik. Ia blak-blakan soal kisah cintanya, masa kanak-kanaknya,
hubungan dengan saudara-saudaranya, orang tuanya, hingga kisah pelik dengan
keluarganya yang sentimentil.
Pembaca seperti tak sedang membaca biografi seseorang yang
pernah menjadi Role Model para pemuda di awal masa kejayaannya sekitar tahun
’60 dan ’70-an. Akan tetapi, kita seperti membaca sebuah kisah inspiratif
tentang sosok anak kampung, yang hidup sederhana dan memiliki cita-cita menjadi
pemain film.
Ayahnya, Soekarno M. Noer, memang seorang aktor kawakan
sekaligus sutradara—meski belum banyak film yang diproduksi olehnya kala itu.
Rano kecil sangat ingin sekali bermain film, seperti kakaknya Rubby Karno yang
lebih dulu terjun di dunia akting. Sayangnya, Papa tak pernah mengizinkannya.
Sehingga Rano kecil sering mengeluh, “Kakak boleh, Rano nggak boleh (main pilem).
Papa kepinginnya Rano jadi pemain bola. Atau Badminton.” (hal.58). Namun,
sepertinya memang sudah garis keturunan, pada tahun 1973 ia menjadi pemeran
utama bersama Benyamin S. dalam film, “Si Doel Anak Betawi” yang disutradari
oleh Sjuman Djaja. Cerita yang diangkat berdasarkan novel karangan Aman Datuk
Madjoindo itu. Dan ternyata, Rano kecil sudah membaca novel tersebut sejak usia
7 tahun (hal.19). Rano adalah putra ke-3 dari 6 bersaudara. Dua di antaranya,
Rubby Karno dan Suti Karno, bergelut di dunia seni peran juga. Tino, Santi dan
Nurli Karno barangkali lebih nyaman berada di balik layar. Mereka bersama
tergabung dalam PT. Karno’s Film.
Menginjak usia remaja, namanya semakin melejit setelah
membintangi film, “Gita Cinta di SMA” dari novel karya Eddy D. Iskandar dan
disutradarai oleh Arizal tahun 1979 (hal.18). Ia berperan sebagai Galih yang memiliki
kekasih bernama Ratna, yang diperankan oleh Yessi Gusman. Kemudian tahun 1994
ia kembali berperan sebagai Si Doel dewasa dalam sinetron, “Si Doel Anak
Sekolahan”, yang tayang di RCTI. Di sanalah masa puncak kejayaan Rano sebagai
aktor kebanggaan Indonesia (hal.19).
Setelah di rasa sudah pernah menjajaki suka-dukanya
kehidupan di dunia akting, rupa-rupanya ia belum “puas” memberi manfaat untuk
orang banyak. Rano kembali mengejutkan publik di penghujung 2007 dengan
menyatakan bahwa dirinya telah ditetapkan sebagai Calon Wakil Bupati (Cawabup)
Tangerang sesuai dengan keputusan partai pendukung untuk mendampingi Calon
Bupati Ismet Iskandar pada Pilkada Tangerang 2008. Pasangan ini kemudian
terpilih sebagai pemenang dan Rano menjadi Wakil Bupati Tangerang untuk periode
2008-2013. Pada 19 Desember 2011, ia mengundurkan diri dari jabatannya
karena terpilih sebagai Wakil Gubernur Banten mendampingi Ratu
Atut Chosiyah (Gubernur Banten periode 2007-2011). Dan berdasarkan hasil
perhitungan yang diumumkan oleh KPUD Banten pada tanggal 30 Oktober 2011,
dipastikan pasangan Ratu Atut Chosiyah dan Rano Karno memenangkan
hasil Pilkada Banten untuk periode 2012-2017. Itu berarti, ia hanya menjabat
sebagai wakil Bupati Kab. Tangerang selama sekitar tiga tahun, sembilan bulan
kurang tiga hari, tepatnya tiga tahun, delapan bulan, 27 hari (hal.151).
Ajaibnya, ternyata ada satu scene di
sinetron “Si Doel Anak Sekolahan” yang “meramalkan” kalau Tukang Insinyur itu
bakal jadi Gubernur. Bermula dari kelakar Babeh Sabeni yang diperankan oleh
Benyamin Sueb: “eh Doel, mangkenye gue sekolain lu biar pinter, jangan bodo
kayak gue! Jangan cuman jadi supir oplet aja lu. Jadi dong Gubernur, gitu!”.
Ternyata itu jadi do’a, dan Si Doel betulan jadi Gubernur di Banten (hal.20).
Begini, sejak 13 Mei 2014 hingga 12 Agustus 2015, Rano Karno ditunjuk oleh
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk menjabat sebagai Pelaksana Tugas (Plt.)
Gubernur Banten menggantikan Ratu Atut Chosiyah yang dinonaktifkan
terkait kasus suap Pilkada di MK. Setelah tanggal 12 Agustus 2015 sampai
sekarang, ia naik jabatan sebagai Gubernur Banten. Kini ia mencalonkan lagi
sebagai Gubernur Banten untuk periode 2017-2022 berpasangan dengan H. Embay
Mulya Syarief. Rival satu-satunya yakni pasangan Wahidin Halim dan Andika Hazrumy
(Putra kandung dari H. Ratu Atut Chosiyah).
Kelemahan buku ini terlalu banyak informasi yang sama yang
terus diulang-ulang di banyak halaman. Terkesan boros kata, buang-buang waktu
dan melebih-lebihkan halaman. Sedangkan keunikan buku ini, barangkali karena
Rano Karno pernah juga menjadi seorang sutradara dan penulis skenario, cara ia
membuat daftar isi pun persis dengan draft sebuah naskah skenario. Dimulai
dengan opening teaser; yang berarti halaman awal diisi oleh kata pengantar dari
sahabat dan orang terdekatnya seperti: Eddy D. Iskandar, Yessy Gusman, Mandra
dan Kinanti. Berlanjut dengan istilah-istilah penulisan dalam skenario semacam: fade
out, fade in, cut to, dissolve to flashback. Tiap memasuki bab pun diganti
istilahnya dengan act 1; sub babnya jadi scene #1 dan
seterusnya sampai berakhir dengan istilah end of act. Setelah
kalimat the end, ditutup dengan closing tittle (yang
berisi testimoni dari orang-orang yang sudah membaca bukunya).
Sesuai kata Pak Eddy D. Iskandar, dulu waktu remaja Rano
pernah menulis begini: “kecil terkenal, remaja disuka, dewasa berwibawa, mati
masuk surga”. Barangkali semua pencapaian itu bisa sama-sama kita saksikan.
Pesan Pak Eddy, bila ingin dikenang kehadirannya, “Rano mesti menjadi pemimpin
yang amanah, yang murni mengabdi kepada rakyat, yang mau mendengar suara
rakyat, berani menegakkan pemerintahan yang bersih, jujur dan berwibawa.”
(hal.3).
Sebagai warga Banten, tentu saja kami mengharapkan adanya
pemimpin yang semacam itu.
Cilegon, 17 November 2016
Tags : CONTOH RESENSI BUKU - CONTOH RESENSI BUKU
Waktu belajar bahasa Indonesia di sekolah dahulu, membosankan sekali rasanya menulis rensensi. Tapi semakin ke sini rasanya semakin sadar bahwa meresensi itu bukan soal menuliskan sesuatu, tapi menyalurkan apa yang kita cerna dari buku itu--jadi sebuah kebutuhan. Tapi karena ndablek dulu nggak perhatian, sekarang kesulitan sendiri. Hahaha. Nice post!
ReplyDelete