Puisi Tentang Kesunyian
oleh Mieft Aenzeish
Aku adalah daun kering yang terbawa hembus angin
terserak dipunggung bumi, terbelenggu rasa ingin
akankah ada jiwa baik datang menempatkanku lebih layak
setidaknya menjauhkanku dari debu dan kerak
Aku adalah sebuah nama yang tak memiliki raga
keberadaanku diketahui hanya ketika luka menjelaga
akankah ada satu raga memeluk namaku tanpa duka
kemudian menjadikanku sebagai salah satu marka
: penunjuk jalan bahagia
Aku adalah satu huruf yang dijauhkan
tak pernah bertemu kata, juga tak pernah bertemu kalimat
mungkin karena Aku hanya sehuruf konsonan
bertempat jauh dan hanya lebih sering sebagai isyarat
Aku adalah gelas kosong yang ditaruh diatas gurun pasir
berharap hujan segera datang memenuhi tubuhku dengan air
begitu terik memang, dan penantian pun telah mati dari kehidupan
menunggu para malaikat datang membawaku pada prosesi keabadian
: sebab Aku adalah kesunyian, tak pernah tahu keramaian.
23.10.2016
Bandung
oleh Mieft Aenzeish
Aku adalah daun kering yang terbawa hembus angin
terserak dipunggung bumi, terbelenggu rasa ingin
akankah ada jiwa baik datang menempatkanku lebih layak
setidaknya menjauhkanku dari debu dan kerak
Aku adalah sebuah nama yang tak memiliki raga
keberadaanku diketahui hanya ketika luka menjelaga
akankah ada satu raga memeluk namaku tanpa duka
kemudian menjadikanku sebagai salah satu marka
: penunjuk jalan bahagia
Aku adalah satu huruf yang dijauhkan
tak pernah bertemu kata, juga tak pernah bertemu kalimat
mungkin karena Aku hanya sehuruf konsonan
bertempat jauh dan hanya lebih sering sebagai isyarat
Aku adalah gelas kosong yang ditaruh diatas gurun pasir
berharap hujan segera datang memenuhi tubuhku dengan air
begitu terik memang, dan penantian pun telah mati dari kehidupan
menunggu para malaikat datang membawaku pada prosesi keabadian
: sebab Aku adalah kesunyian, tak pernah tahu keramaian.
23.10.2016
Bandung
foto by anthinovio.blogspot.com |
Mantap gan puisinya
ReplyDeleteTerima Kasih Mas Aji Ferdiansyah
DeleteKeren puisinya
ReplyDeleteTerima Kasih Mas Alfayed Dennita :)
DeleteDalem puisinya. Nice gan
ReplyDeleteTerima Kasih Mas Riyans W
DeleteTerima Kasih Mas Agung Indra. :)
ReplyDeleteMantab jaya sob puisinya :)
ReplyDeleteTerima Kasih MAs Ardi-Kun
DeleteCakep puisi nya , cocok buat orang introvet
ReplyDeleteTerima Kasih Mas Luis Aditya :) Yap, cocok. Banget hehe.
DeletePuisinya keren. Pemilihan katanya juga bagus. Tetap semangat menulis ya :)
ReplyDeleteterima kasih Salsabila :)
DeleteOh ya aku juga suka nulis, bisa kunjungi blog aku peramurasa.blogspot.com ya :) Mungkin bisa saling sharing :)
ReplyDeleteoke, akan saya kunjungi. :)
DeleteKetika majnun
ReplyDeleteSedang asyik ditaman bumi.
Layla melintasi taman bumi
Dengan senyuman seindah rembulan
Layla mengendarai kuda putih
Diiringi para pengawal
Layla menyeka wajah nya
Lalu melempar.....
Sapu tangan kearah majnun
Sapu tangan itu dibawa majnun
Ke mana-mana.
Hanya sang mentari
Yang dapat menyaksikan dengan jelas.