TANGIS BUMI, puisi Martinus Sihwanto





TANGIS BUMI

tanpa air mata berlinang
tanpa tanpa raungan dan isak
semua tersimpan dalam magma
berkalang rapuhnya selaput bencana

sesaknya kabut tangisan belantara
menerobos kesunyian rimba palsu
menyeruak padat paru-paru kota
merontokan lelapnya cahaya malam

merak kehilangan kampung
elang merana nanar murka
walet tersesat dalam gua kepalsuan
palsu palsu palsu palsu
tapi raja rimba tak butuh gigi palsu

dan pertiwi menangis lagi
wajah pucat pasi
air matanya sehitam jelaga
mengalir membasahi dan meracuni jantung kota

aku hanya berdesah
menahan penat di antara sekat langit
menanti datangnya hujan
menunggu datangnya badai
penyapu keluh dan serapah sampah kota.

Palembang31113