PUISI-PUISI MIEFT
AENZEISH
20 Puisi Terbaru Untuk Sahabat, Untuk Kekasih, Untuk Sebuah Kenangan dan Tentang Kehidupan
20 Puisi Terbaru Untuk Sahabat, Untuk Kekasih, Untuk Sebuah Kenangan dan Tentang Kehidupan
source image |
DALAM BUKU 7HDBC
(7 Hati Dalam Balutan Cinta)
Dimana
Cinta Bisa Kita Temu Sua?
: kekasih
Hanya
kau, pemilik jawabnya
Ya!
Hanya kau,
Setidaknya
bagiku. Maka,
: terangkanlah!, agar
benak mengerti dan faham sepenuhnya
Kemudian kau
tertunduk,
:
berucap
Cinta tak
merumah pada ucapan mesra, seperti ketika dulu kau memanggilku : 'sayang'
Ia pun tak
sembunyi pada rasa kagum, bahagia di awal dan berujung di hanya tinggal kenang
Cinta sepenuhnya
milik diri yang,
Bisa kau temu
suai saat tak ingin kau terbayang
Lalu
: kau kembali membisu,
diberanda kalbu yang merindu
Membubu
cinta, Pada kelam laut luka
Sejak
itu,
Tiada
lagi aku
Punya
nyali tanya lagi, apapun tentang Cinta
Sebab
Kau butuh lupa, apa-apa tentang kita
:
maka kubiarkan kau
Melangkah suka,
dengan lain cerita
Dan kuyakini
sepenuhnya
Ini kali
ceritamu akan merona
Seperti
berseminya bungabunga
Tentu, dan memang Bukan kerna aku
Sayang.
Sedang aku,
Punya
cara merubah warna, segala jadi jingga
Menarik
ingatan terhadapmu ~Membiar hati menghapus cerita lalu
Cikarang, 24 Februari 2015
Di
Puncak Lembang
: Sendiri
Memandang
ke yang belum pernah kupandangi
Begitu
dingin, seperti saat pertama kali kekasih menautkan jari jemari
Berpasangan,
Ke masingmasing jarimu yang tangan kiri
Jika ku
mengingat ada kisah apa di ketika dingin membias
Niscaya
ingatanku melompat jauh ke awal tahun 2012
Disana aku
pernah melihat darah keluar dari poriporiku
Menggigilkan
kulit sampai merajut ke tulangtulangku
Hanya,
ini kali dingin datang dengan sedikit romantis
Menggambarkan
kerinduan pada seorang gadis
Yang
lalu harus kusadari hal itu hanya bikin sendu
Maka
ajarilah aku untuk menyobek kertas yang tlah bisu
: tapi, aku suka malam
ini
Begitu dingin.
menghangatkan kerinduanku pada selainnya
Lembang, 01 Juni 2015
Puisi
yang Kau Buang di Wagon Usang
Aku
adalah hurufhuruf yang menyatu
Pada
dinding putih secarik kertas bisu
Merupa
sebagai Do'a dan kau lupa
Menjelma
sebagai Cinta dan kau luka
:
menuduh aku yang berdosa
Diantara dua
dinding kekar berkarat luka
Aku, Kausingkirkan
dari setiap pandang mata
Terlebih matamu,
yang sebenarnya sangat kudamba
Tetapi kini
menjelma mata malam serigala
: siap
menerkamku kapan saja
Dibawah
langitlangit wagon usang
Akulah
puisi yang kau buang
Pengaduanku
tersimpan di dalam kitab Tuhan
Ampunan
bagimu telah pula kusertakan
: kerna mencintaimu,
dendamku selalu tak pernah punya ruang.
Cikarang, 08 Mei 2015
Cerita
Dalam Puisi #1
Semasing
kita di dulu
Tak
mewujut jadi lagu
Kerna
kurang huruf
Butuh
diri saling ta'aruf
Ketika malamku
tiba
Serupa wajahmu
kelana
Menjelma utuh
sebagai kau
Melumat segala
tentang risau
Aku
terduduk dipesonamu
Buatku
ingin segera melagu
Mengucap
baitbait sederhana
Diberanda
malam yang sempurna
Lalu aku
tenggelam dalam
Sedang kau belum
lama hilang bayang
Kutarik lembut
kau agar kembali
Namun ada
pembatas antar diri
Mungkin
karena huruf yang kurang
Memberi
batas untuk melayang, membayang
Biar
kuputuskan diri melawan malu
Kupastikan
esok sudah akan saling tahu
: membiar hati, memecah
segala batas antar diri.
Cikarang, 27 Februari 2015
Cerita
Dalam Puisi #2
Pagi
datang memenuhi panggilan
Lalulalang
hamba penuhi urusan
Sedang
jiwajiwa penuh harap
Tiada
kan mudah tiarap
Aroma riang
mereka taburkan
Bak rekah bunga
menghias jalan
Menitipkan malu
pada randu
Bikin enggan
mengeja : ragu!
Segala
hampir sempurna di pandang
Mata~mata
cinta berebut cari ruang
Dan
aku menunjuk hati sebagai utusan
Barangkali
dapat merupa diri : idaman!
Bukan kerna
ingin jadi rebutan
Cukup hanya kau
jadi alasan
Sebab entah
sejak kapan kau merumah
Melengkapi hati
bikin segala jadi ramah
Kita
semisal lovebird menanti
Ketika
bertemu memerah pipi
Kerna
janjiku pada selembar puisi
Aku
berani perkenalkan diri
Rupanya setiap
dedaun mengerti bahagiaku
Bungabungapun
tersenyum acap kali
Sorak sorai
hati, benak dan diri makin riuh
Sebab barusaja
aku memecah batas antar diri
: bikin sepi tak lagi
sampai sunyi!
Cikarang, 15 Juni 2015
Cerita
Dalam Puisi #3
Gerimis
Sering
menjelma garis
Mewarna
mega
Melukis
senja
Di bambu yang
menjelma gubuk
Kutulis segala
pada kertas sepucuk
Tentu bukan
tentang sekadar perasaan
Yang meradang
saat tak sambut tangan
Ini
tentang Hati,
Baitbait
sajak seorang lelaki
Memaksa
gerimis jadi hujan
Lebat,
dan terang kemudian
Saat itulah aku
butuh sayap
Untuk terbang
laiknya malaikat
Menemuimu,
Kuterimakan
padamu
Baitbait sajak
seorang lelaki
Tentang ia punya
Hati..
:
Kerna Hati,
Aku berpuisi.
Cikarang, 29 Februari 2015
Kasih
; kasih
Ini
kali rindu begitu menggebu
Namun
hanya tertahan seperti ujung wawu
Kerna
tiap kali kuniatkan bertemu
Serangkain
hal tibatiba merobek rencanaku
;
kasih
Aku tahu engkau
sering kecewa dan luka
Akupun tak lelah
memintamu memaafkan segala
Tapi, tiada rasa
dapat menerusterus terima
Akan kepastian
setengah, keraguan menggulana
; kasih
Aku
tahu bukan karena kau tak setia
Bila
kau mundur sejengkal menarik asa
Siapapun
mungkin akan memilih jalanmu
Karena
banyak dari mereka serupa isi hatimu
; kasih
Aku tinggal
hanya sepi
Merengkuh segala
iri
Memendam bara
emosi
Takut jadi lupa
diri
; kasih
Kulumat
habis emosi
Kukulum
manis kenangan ini
Kukubur
iri pada mereka
Kutarik
ikhlas membiarkannya berbunga
; kasih
Aku hanya punya
Tuhan
Biar Dia genggam
segala urusan
Kulangitkan
segala pengharapan
Do'a-do'a sebagai
jembatan
: kasih,
bagiku.....
kau
tak pernah henti menjadi kekasih.
Cikarang, 23 februari 2015
Tentang
Men- ke jiwa!
Lebur
segala lalu
Ditempa
rasa ragu
Meremahremah
benak
Menghitam
pada jarak
Aku hampir saja
lupa kamu
Saat kupaksa raga
tak acuh
Tapi ketika 'kan
kurayakan kemenanganku
Kau selalu
berhasil memenuhi ruang rindu
Lalu
harus dengan cara apa?
Kalau
segala tentangmu sudah menjiwa!
Cikarang, 24 Februari 2015
Puisi
Tentang Sepeda Ontel
Masih
ingatkah kau?
O...
Kekasih
Pertigaan
gang desa
Pernah
membikin kita bertatap mata
Lama.
Kerna Sepeda Ontelmu
Mendadak
ditahan angin
Sedang aku asik
bercakap dengan benak
Melamuni kau.
Bikin Sepeda Ontelku
Hampir menampar
tanah
Wajahmu
kosong tak mengerti
Aku
kesal. Namun tak pernah jadi sesal
Senyummu
merekah. Hampir gelak
Mungkin
kerna sadar. Melihatku hampir terkapar
Lalu
bibir yang tak kau gincui itu memerah
Berucap
"Maaf, jangan marah yah"
Hening.
Empat mata berunding
Hati
yang kita utus jadi kemudi
LamaLama. Bikin
iri daun mangga
Kusenyum.
Kembali menatap kesepasang matamu
DalamDalam.
Kau
faham apa maksudku
Kau
Aku kembali mengayuh
Pulang.
Merubah jarak
Sebelum
senja istirah
Cikarang, 06 April 2015
Kidung
Gerimis
Ini
kali pagi bermandikan gerimis
Basuhi
wajah malam yang melulu nangis
Semalam.
legam. lebam. matanya melukis garis
Memerah.
memeram marah yang nyaris, sadis.
Melumpuh segala
jenis ingatan pada bulan
Mengapa begitu
tega kau hianati malam?
Lalu kau kulum
segala jenis bintang-bintang
Hingga hanya
tinggal luka yang menggenang
Meski
setelah entah beberapa menit lalu
Gerimis
tiada lagi membiar diri tersedu
Tulang-tulangku
bahkan masih terasa begitu ngilu
Sama
seperti ketika aku semalaman tanpa kau cumbu
("Sayang,
aku mencintaimu. bahkan aku berjanji
Tiada
lagi gerimis kan kembali meriwis ketika pagi
Karena
mencintaimu bagiku, adalah seperti ketika aku
Menyebrangi
lautan dengan tanpa perahu")
("Lalu bagaimana
jika gerimis kembali tersedu?
Teringat warna coklat
yang entah bagaimana mulanya jadi kelabu
Apa kau bisa menukarnya
dengan rasa rindu?
Yang kini semakin luruh
dijantung waktuku")
Aku terdiam. di
titik ini aku merasa gersang
Butuh tiba-tiba
deras hujan kemudian datang
Hapus segala
kata-kata manisnya yang terasa begitu pahit
Serupa pintu
usang yang kerap kali menderit
: di Jantungku, rindu
melepas diri dari waktu
Sedang mencintai, tiada
pernah punya tepi
Cikarang, 02 April 2015
Barisan
Daun Kelapa
Pagi
ini, sayang
Kulihat
barisan daun kelapa begitu rapih
Sembunyikan
wajah mentari yang perih
Dari
sepasang bola mata di atas hidungku
Yang
kian hari makin sayup dihantar waktu
Taukah kau
sayang?
Angin yang
menggumuli dedaun kelapa
Hampir sama
ketika cinta menjelma luka
Setiap ujung
daun yang utuh tadinya
Jadi robek
bahkan patah tangkainya
Itulah
sebab mengapa,
Aku
lalu beralih ke hanya mencintai
Menyemainya
hingga berbunga dihati, benak dan diri.
Kemudian,
kalaupun kau kembali hanya geleng kepala
Tak
apa. Karena yang kulakukan memang hanya mencintai
: sedang memilikimu,
biar takdir Tuhan yang bicara.
Cikarang, 09 April 2015
Kepada
Malam, Kekasih
Aku
butuh diri merasa puas
Seperti
saat dimana kepompong lepas
Mewujud
diri menjadi cantik kupukupu
:
terbang menebus segala rindu
Kekasih, kau
berkenang dengan berkesiurnya angin
Menyapa segala
jenis rasa di dahan beringin
: namun seperti
jawaban singkat
Padahal butuh
lebih banyak kalimat
Mungkin ribuan
lidah akan memakiku
Sebab penyesalan
yang terlanjur beku : di dadamu
Tetapi
kembalilah percaya, aku (hati) tlah jadi kupukupu
Berjanji bikin
kau kembali senyum kemayu
;
kekasih, malam selalu punya ruang sunyi
Sering juga kutitipkan
padanya puisi-puisi
; untukmu. kumohon
dengan lembut,
Jemputlah, pahamilah!
Cikarang, 25 Maret 2015
Sebab
Kau Cantik
:
sebab kau cantik
Aku
tak meminta mata tuk melirik
Kubiarkan
diri menatapmu berdetik-detik
Mesra,
seolah berucap padamu aku ini cinta
Dan
senyummu adalah jawaban "ya, aku
juga"
Kini, setelah
hari menjelma senja
Aku buka kembali
catatan kemarin
Berharap masih
tertera kisah kita
Tak dihapus
getirnya musim dingin
Lalu tanpa bosan
kubuka lagi catatan yang sering kubaca
Pada beranda
senja yang kian lama makin bagai sisi laut ketengah
; jadi biru
Bikin gamang
jenis bagaimana harus dan mestinya
Merumahkanmu
atau meremah segala ingatan tentangmu
Ah.
Dimanakah kini engkau, cantikku
Hari
berlanjut hari ke bulan dan tahun
Mengikis
segala kesediaan yang lama menyetiaimu
Mewarna
senja yang jingga jadi sewarna kelabu pucuk daun
;
begitu renta disengat lelamun
Cikarang, 20 April 2015
Kenangan
yang Kau Busak
Pada
cerita lalu dalam larut pilu
Waktu
datang mengenalkanmu padaku
Dengan
sengaja, yang ku pun tak tahu
Hanya
saja hadirmu saat itu begitu manis
Tak
mampu jika kemudian harus kutepis
Atau
apalagi sampai ku blacklist
Aku persilakan
waktu menghantarmu
Mengenal segala
ruang dalam diri dan hatiku
Sampai tak sadar
aku yang lebih dulu tersenyum dibuatmu
Hingga menengah
ke waktu dimana kau pun mencintaiku
Lalu setelah
ratusan jam kita tersekat
Waktu kembali
mendalangi kisah yang tersurat
Menghempaskan
cinta dari ruang didadanya
Kemudian
tanggalkan segala janji yang terkata
Sampai
segala kenangan habis di busak
Oleh
kerinduan yang lama menyesak
Sampai
harus ku alamatkan cintaku
Pada
selembar foto didompet baruku
Lembang, 28 Juni 2015
Jejak
Semalam
Ku
telusuri tepian jalan raya
Di
genggaman malam hampir tak bercahaya
Bintang
hanya nampak beberapa
Sedang
bulan sayup-sayup kilaunya
Mataku menyapu
kesetiap penjuru
Langkahku saling
kejar terbias sorot lampu
Dari mobil-mobil
yang berlalang lalu
Di belakang dan
di depanku
Ini
malam, angin dan debu begitu erat memelukku
Bikin
gigil bikin nafas terasa lekih-lekuh
Namun
ada hasrat, menepis gigil dan lekuh-lekihku
Memberi
daya aku untuk semakin melangkah lebih jauh
Satu-empat
kilometer tlah ku titipkan jejak
Di atas tanah
tandus, di desiran pasir yang mengombak
Juga di deretan
tiang-tiang berwarna perak
Yang menjinjing
lampu-lampu dengan cahaya semarak
Namun
di antara satu-empat kilometer itu
Aku
gagal membaca kahanan dari apa yang kulihat
Sebab
setiap kali ingin kutuangkan penglihatanku
Bayangmu
tlah memenuhi hati dan benak
Bukan sekadar
bayangan tentangmu
Namun juga
tentang kerinduan yang menggebu
Di gelap ini,
Di hampir subuh
pembuka pintu sinar mentari
Riyadh,
02 April 2013
Aku
Hanya Angin
Bunga
itu, aku tak tahu namanya
Namun
semerbak aromanya tak bisa kulupa
Begitu
pun dengan bentuknya
Lain
dengan yang ada
Bunga itu, sihir
cinta
Setiap kali
ingatan terhadapnya
Aku terpesona
Merah muda
jantungnya
Bunga
itu, langgam asmara
Jika
pun penyair merayunya
Ia
setia pada syair biasa
Pada
jantung setia
Apalagi aku,
yang bukan
Siapa atau siapa
selain edan
Bukan juga
penyair-penyairan
Terlebih penyair
sungguhan
Aku
hanya angin
Yang
kau benci ketika musim dingin
Dan
pada sudut tembok kumuh
Biasa
aku menggemuruh
Riyadh, 09 Maret 2013
Semakin
Jauh Semakin Rindu
Tak
ada angka-angkamu
Dapat
menjumlahkan rinduku
Juga
setiap meter jarak
Tiada
bisa bikin cinta retak
Aku jauh di
pelupuk matamu
Dan kau tak
dapat aku sentuh
Kita hanya
bertemu di ruang mimpi
Ketika terlelap
di malam sunyi
Seperti
rona muka kangen sua
Berharap
pujaan nampak di mata
Begitulah
kini aku terhadapmu
Semakin
jauh semakin rindu
Riyadh,
07 Februari 2013
Kekasih,
Beri Aku Faham atas Rindu yang Seringnya Mengencani Bola Mataku
Aku
belum tahu tentang bagaimana bisa, seringnya rindu mengencani bola mataku
Lalu
melinangkan sedikit air kesedihan melompati bulu lentik mataku
Begitu
kosong, tatap mata gamang melukis lubanglubang
Mewarnainya
dengan sesuatu yang menurutku pantas dikenang
Aku masih belum
faham, mengapa setiap kali kujemba rangkai kata namamu
Dan kudekap
seerat mungkin dalam ingatan terhadap wujudmu
Aku selalu gagal
untuk tidak tersenyum, berdo'a, meski selepasnya kembali harus menahan luka
Bahwa memang
kini tiada kau punya rasa yang sama, tentang cinta
Di
hitam kecilnya tempat istirahku pada sepertiga terakhir. lalu,
Aku
mulai menulis di secarik kertas putih, kan kuterimakan pada Tuhan
"Kekasih, beri aku
faham atas rindu yang seringnya mengencani bola mataku"
Kemudian
angin mendesir malu, menyapaku, beranjak menerbangkan pesan untuk Tuhan
Sedetik-dua ku
diam, merasa di belakang punggungku ada cahya
Masuk, menuju
jantung, berbisik dengan lembut, menyenyumi qalbu
Bikin cerlang
kini meruang menghapus segala hitam bekas luka
Hanya aku masih
belum faham, mengapa Cinta masih saja untukmu?
: mungkinkah ini salah satu hadiah Tuhan ?
Sebelum
kemudian akan ia beri cinta tambahan
Lembang, 28 Juli 2015
Biru
Sesekali,
ingin aku merubah warna kulit jadi biru
Biar
diri merasakan betapa aku ini disukai olehmu
Sebab
biru, sering mewarna indah di atas mahkotamu
Sebagai
kain kerudung penjaga kemurnian niatmu
Sebenarnya
tidaklah aku ini hanya ingin mencecapnya sesekali
Perasaan senang
atau cinta yang memang bisa kupenuhi, lewat diri
Tetapi akan ada
ruang dimana waktu tak lagi bisa kutentu
Dan semua,
seharusnya aku bukan lagi sebagai diri yang ingin menjadi biru
Maka
kulangitkan segala rindu ke awan
Biar
ikut menderas bersama bulir-bulir air hujan
Menumbuhkan
nyata pohon cinta dari Tuhan
Dan
kau dating setelah reda penghabisan
Betapa aku ini
bagai gelap yang tersenyum
Ketika cahaya
hanya menyisakan sedikit hitamku
Dan kita hamper
sama-sama meranum
Sampai kesucian
cinta milik kau dan aku
Lembang, 23 Juli 2015
Untukmu,
Kekasih
Angin
tiba-tiba membisikkan warni-warna rindumu padaku
Selepas
entah beberapa menit lalu, kugenapkan kangen untukmu
Lewat
celah mata yang menggambar utuh sosok indahmu
Lalu
hati menyempurnakannya jadi semacam dadu
Butuh
kamu untuk melengkap setiap sisiku
Mungkin ini
kali, selepas tengah malam selalu aku kau selimuti
Dengan tutur
lembut suaramu yang seakan telah menyatu ke nadi
Membuatku yakin
bahwa tak mengapa kita jarang menautkan jemari
Karena kita
adalah bagian dari proses kesempurnaan hati ke satuhati
Kemudian
melengkap jadi cinta ke saling mencintai
Kamu,
kini setiap pagi ada, memenuhi setiap ruang dalam dada
Kamu,
kini setiap sore mewajah, menggeser segala jenis resah
:
sebab adalah kau sisi lain dari dalam diri
Lembang, 26 Juni 2015
menarik semua gan puisinya
ReplyDeleteterima kasih gan Syaiful, salam kenal. :)
Deletewah bagus ka puisinya
ReplyDeleteTerima Kasih Dek :)
Deletemantab gan puisi puisinya... ijin gan buat lomba puisi adek ane.. :D
ReplyDeletesilakan gan, terima kasih kunjungannya. :)
DeletePuisinya bagus bagus gan
ReplyDeletehatur nuhun kang Noval :)
Deletebagus nih buat orang lain
ReplyDelete:D bagus buat Kang Ashumz :P
Deletewaw keren"puisinya bikin q klepek"...emng kata"puisi itu sebagian besar mngkin dr suara hati ya!!!!
ReplyDeletemungkin :D
DeleteSemakin jauh semakin rindu, cocok nih buat yang ldran
ReplyDeletePas. (y)
DeleteBagus sekali sebagai referensi saya nih:)
ReplyDeletemonggo... monggo... :)
DeleteTerima Kasih kunjungannya.
bagus bagus puisinya (y)
ReplyDeleteterima kasih kang admin :)
DeleteIjin baca gann
ReplyDeletedengan senang hati. silakan gan.
DeleteNice puisinya gan mantap bener dah :D
ReplyDelete:D wah....
Deleteterima kasih kunjungannya gan. selamat sore, selamat menunggu waktu berbuka dengan NgeBlog. :)
keren keren gan puisi nya, ditunggu puisi lainnya :)
ReplyDeleteterima kasih gan. :) ok.
DeletePuisi di atas memang bertema cinta, tidak ada lain. :)
ReplyDeleteterima kasih kunjungannya :)
wah keren keren nih puisi
ReplyDelete:)
DeleteTerima kasih gan.