SURAT TERBUKA DARI HABIB UNTUK HABIB
Assalamualaikum wr.wb
Salam Sejahtera untuk kita semua
Hari-hari ini suhu ketegangan akibat pro dan kontra seputar
Cagub DKI menambah suhu panas matahari Jakarta. Saya adalah salah satu warga
DKI yang memiliki hak konstitusional untuk memilih, sekaligus orang yang secara
temurun menyandang gelar "habib".
Mungkin sebagian orang menganggap gelar "habib"
sebagai hak personal beberapa orang saja. Padahal siapapun yang terbukti berada
dalam garis keturunan Sayyidina Husein dan Sayyidina Hasan berhak menyandang
gelar itu. Terus terang, saya tidak terdidik dalam lingkungan yang relijius,
justeru sebaliknya. Saya juga bukan aktifis organisasi yang beratribut agama.
Saya bahkan seorang broadcaster dan punya pergaulan luas lintas keyakinan.
Bayangkan, betapa sakitnya hati saya membaca status-status dan cuitan-cuitan yang
mencemooh bahkan menghina gelar "habib" karena perilaku atau sikap
seseorang yang bergelar "habib".
Mungkin bila penulis surat ini seorang yang notabene bukan
habib, surat ini bisa dicurigai tendensius dan rasial. Tapi bila yang
memberikan kritik terhadap seorang habib adalah habib maka mestinya,
pihak-pihak yang menentang sepak terjang seorang habib (Rizieq Sihab) tidak
mencemooh gelar habib, karena yang "habib" bukan hanya Rizieq Sihab
dan tidak semua habib mendukung pandangan dan sikap Imam Besar FPI itu. Lagian,
mestinya yang menjadi objek kritik adalah sikap dan pandangannya yang mungkin
dinilai tidak pantas, bukan gelar "habib"-nya.
Karena itu, dalam kesempatan ini izinkan saya untuk menulis
surat terbuka kepada Habib Rizieq Sihab sebagai upaya meluruskan opini yang
sesat tentang habib di kalangan masyarakat karena pandangan dan sepak terjang
Rizieq Sihab, dan sebagai upaya untuk mengajak Habib Rizieq menimbang-nimbang
efek komunal yang dirasakan oleh ribuan "habib" akibat pernyataan-pernyataan
dan tindakan-tindakannya yang diikuti oleh para pengikutnya.
Yang terhormat saudaraku Rizieq Sihab!
Pernahkah terlintas di benak Anda bahwa pernyataan dan
aksi-aksi Anda bisa menyulitkan posisi banyak habib di pelosok-pelosok yang
tidak tau apapun tentang pilgub DKI dan agenda-agenda organisasi Anda? Mungkin
Anda merasa benar dengan tindakan-tindakan anda, dan itu hak anda. Tapi itu
bukan alasan yang bisa dijadikan dasar untuk mengabaikan efek-efek negatif yang
dirasakan oleh habib-habib yang tidak berpandangan seperti Anda, itu pun hak
mereka.
Pernahkah Anda berpikir bahwa cara santun dan lembut lebih
mengundang simpati yang lebih luas demi mencapai tujuan-tujuan yang Anda
harapkan. Karena itu Anda perlu melakukan evaluasi dan berkonsultasi dengan
orang-orang yang lebih bijak dari Anda tentang metode-metode yang efektif dalam
berdakwah dan menyampaikan pesan-pesan yang anda anggap benar.
Itu tidak mengurangi kehormatan Anda sebagai Imam besar di
organisasi Anda. Justeru hal itu menunjukkan kerendahan hati yang selama ini
menjadi ciri habib. Pelajari biografi Habib Husein Luar Batang, Embah Priok,
Habib Kuncung, dan puluhan habib besar lainnya yang menjadi icon budaya
sekaligus keagamaan bagi masyarakat Jakarta terutama kaum Betawi. Saya bisa
pastikan, mereka tidak pernah melakukan mobilisasi dan aksi-aksi penentangan
secara frontal.
Pernahkah terlintas di benak Anda bahwa ada kemungkinan
salah dalam tindakan Anda? Apa yang Anda yakini benar belum tentu benar menurut
orang lain. Munculnya aneka macam mazhab dan pandangan ulama yang berbeda-beda
sepangjang sejarah umat Islam membuktikan pentingnya membangun dialog guna
mendengar pendapat orang lain dan meninjau kembali pendapat sendiri bila
terbukti salah atau tidak diterima oleh mayoritas.
Anda tidak mewakili wahyu. Pandangan anda relatif.
Pandangan-pandangan Anda meski didasarkan pada ayat atau riwayat, tetaplah
hanya satu dari banyak penafsiran. Karena itu, tradisikan mendengar dan
mengunjungi ulama-ulama yang lebih tua, lebih matang, lebih bijak meski mungkin
berbeda pandangan dengan Anda, agar pilihan pandangan Anda lebih variatif dan
fleksibel.
Pernahkah terlintas di benak Anda bahwa ucapan dan pilihan
kata yang terlontar itu tidak akan bisa dianulir karena tidak semua telinga
yang mendengar bisa memahaminya dengan tepat dan baik Penghinaan, hatespeech,
pemelesetan nama dan kata-kata yang bisa diartikan sebagai pernyataan rasial
justeru bertentangan dengan tujuan-tujuan mulia Anda.
Indonesia adalah mozaik ragam etnis, budaya, keyakinan,
bahasa, tradisi dan lainnya. Jakarta adalah miniaturnya. Di dalamnya ada aneka
etnik; Betawi, Jawa, Batak, Padang dan lainnya. Di dalamnya pula ada
agama-agama dan keyakinan-keyakinan yang berbeda; Islam, Kristen, Hindu, Budha
dan lainnya. Sadarlah, bahwa yang berkerumun saat Anda berorasi tidak lebih
dari 10% warga Jakarta. Hiruk pikuk yang bergema saat Anda berpidato tidak
merepresentasi 12 juta warga Ibu Kota.
Memang, secara faktual Anda mempunyai pengikut yang setia
dan fanatik tapi Anda juga tau bahwa sebagian dari mereka atau sebagian besar
dari mereka bukan dari warga Jakarta. Dan semuanya tidak memiliki loyalitas
yang sama rata. Yang perlu Anda lakukan adalah mengelola mereka dengan baik dan
mensterilkan dari unsur-unsur penyusup yang justeru melakukan pembusukan atau
upaya-upaya untuk merusak citra Anda dan organisasi Anda.
Surat ini saya tulis karena rasa hormat saya dan optimisme
saya bahwa Anda akan berlapang dada untuk menerima kritik konstruktif dari
seorang yang tidak punya kepentingan apapun, baik pro maupun kontra dengan
Anda. Saya pantang menjelekkan Anda di sosmed atau mengkritik Anda di
sudut-sudut jalan. Saya yakin bila tujuannya baik, maka semestinya harus
disampaikan. Itulah yang membedakan antara membenci dan mengkritik dengan
sangka baik. Tentu anda berhak menerima atau menolak kritik saya. Tapi itu
tidak penting. Yang penting bagi saya adalah membuktikan kepada warga Jakarta
dan Rakyat Indonesia secara umum bahwa Habib tidak direpresentasi oleh satu
sosok saja.
Demikian surat yang saya tulis dengan tujuan baik ini.
Semoga Allah SWT menganugerahkan hidayah dan taufiqNya kepada kita semua. Amin.
Terimakasih.
Assalamualaikum wr.wb
Salam sejahtera untuk kita semua.
(Acin Muhdor 28 Oktober 2016)
0 Response to "SURAT TERBUKA HABIB MUHDOR UNTUK HABIB RIZIEQ"
Post a Comment
Pijakilah Setiap yang Kau Baca dengan Komentar Manismu.